Dan pada akhirnya hanya ada aku, disaat semua terlihat baik-baik saja. Aku hanya berusaha bagaimana bisa aku terlihat baik saat aku menahan tangis.
Aku tidaklah baik-baik saja, aku tidak sendiri tapi aku merasa kesepian. Dia yang selalu bersamaku tak senantiasa di sisiku. Bukan tak ku andalkan, hanya saja aku tak mau dia tau rasa sakitku.
Dulu aku berpikir aku juga sama seperti mereka, dan sekarang aku sadar aku benar-benar tidak sama seperti mereka. Yang ku lihat yang ku dengar memang belum tentu benar, tapi apa yang ku lihat setidaknya dapat menggambarkan bagaimana mereka. Kadang aku merasa tidak adil dengan takdir yang telah tuhan tetapkan untukku. Tapi aku tau, apa yang terjadi padaku karena tuhan mencintaiku dan ini yang terbaik bagiku.
Menikah, Hamil ,dan Mempunyai Anak
Dalam bayanganku, itu begitu indah. Tapi buat yang sudah menjalani semuanya mungkin tak seindah yang aku bayangkan.
Mereka juga tak jarang mengeluh, dan aku benci mereka mengeluh.
Ketahuilah apa yang mereka keluhkan begitu aku idam-idamkan dalam kehidupan ku kini.
Kadang aku bertanya, apa aku tak layak menjadi orang tua? Ataukah aku tak layak menjadi ibu?
Dan aku belum dapat jawaban atas pertanyaan itu.
Masalalu,
Pada saat baru menikah, aku tidak tinggal bersama suamiku, kami berpisah beberapa waktu. Dan orang tuaku selalu mengingatkan kalau-kalau aku hamil harus segera berbicara dengannya, semua itu memupuk semakin subur pemikiranku bahwa kalau orang menikah mereka akan segera punya anak dan hidup bersama.
Dan hingga kami bisa hidup bersama sepersekian minggu ternyata tak kunjung ada kabar baik, dan begitu selanjutnya hingga 4 tahun usia pernikahan kami.
Menangis dan Menahan Sendiri lebih Baik
Pernah membayangkan ada di posisiku? Tidak! Jangan sekalipun!
Sungguh ini tidak mudah!
Kalau boleh memilih akan takdirku, aku tak mau seperti ini. Tapi ini adalah kehendak tuhan, Allah Yang Maha Kuasa.
Aku bukanlah orang kuat yang tetap tersenyum walau dalam kesedihan, aku hanya manusia biasa yang juga iri saat apa yang kita impikan tak kunjung didapatkan tapi orang lain begitu mudah mendapatkannya.
Menangis bukanlah solusi, tapi kau tau? Menangis membuatku jauh lebih baik.
Dan seberapa sering aku menangis? Tentunya tak sesering aku makan. Aku menangis karena banyak hal, kadang aku bingung ini perasaanku yang kecewa karena berharap atau aku yang terlalu iri akan kehidupan bahagia orang lain?
Kadang aku membayangkan jadi mereka, tapi tak membuatku bahagia, justru membuatku sakit. Dan mulai bertanya apa jadi mereka itu bahagia?
Saat aku belum menikah, saat ada orang yang bercerita tentang anaknya kehamilanya aku begitu bersemangat mendengarkannya, tapi... ? Tidak Untuk saat ini. Aku mendengarkan dengan perasaan sakit yang entah aku tak tau bagaimana menggambarkannya.
Suatu ketika aku menahan tangisku di balik punggung suamiku, betapa sulit aku bersembunyi darinya, agar dia tak tau aku begitu sedih akan apa yang baru saja aku alami. Semua orang di sekitarku membicarakan pengalaman mereka mengandung dan aku hanya diam mematung tak ingin mendengarkan apa yang mereka bicarakan, rasanya begitu sesak di dadaku.
Apa ini normal? Sebuah perasaan yang aku tak paham. Bahkan aku tak lagi ingin bercerita pada siapapun tentang keadaanku. Aku mau mereka menganggapku baik-baik saja, walau kenyataannya "Aku Tidaklah Baik-baik Saja"
Saat aku mulai meninggalakan media sosial dan pergaulan aku tak tau apa anggapan mereka tentangku yang sesungguhnya, tapi saat akan aku jelaskan aku balik bertanya pada diriku, "tidakkah mereka hanya akan menilaimu berlebihan, hanya karena kau belum mempunyai keturunan dan mereka sudah, lantas kau mundur dari kehidupan bersosialisasi?"
Saat aku mengeluh, mereka akan datang dan bertanya, apa kau belum kedokter, coba ini coba itu. Ya aku tau itu adalah sebatas kepedulian mereka, tapi entah mereka tau atau tidak apa yang sudah aku perjuangankan bersama suamiku selama ini, tidakkah aku harus bercerita panjang lebar agar mereka tau apa yang aku alami? Tidak! Ketahuilah mereka tak akan pernah tau, karena mereka bukanlah aku.
Dan akhir-akhir ini muncul lagi, sesuatu yang membuatku sedih. Orang-orang menyarankanku untuk adopsi, untuk pancingan katanya, aku tak tau apa yang mereka pikirkan, apa mereka sungguh menyayangiku?
Apa aku harus menangis dihadapan mereka dan memohon untuk tidak bahas itu? Apa aku harus meminta mereka agar tak perlu repot-repot mengurusi hidupku? Aku hanya mau d semangati, aku hanya berharap diberi jalan.
Aku percaya, aku pasti bisa karena aku juga perempuan yang mempunyai suami. Aku punya Allah, yang dapat mengabulkan apa yang aku minta, haruskah aku memohon agar mereka mendoakan ku dengan ikhlas? Karena kita juga tak tau doa siapa yang akan tembus langit dan di kabulkan.
Tidakah kalian tau, aku sedikit lelah dengan bersembunyi sambil menangis?
Suami yang begitu mencintaiku, aku tak ingin melihat dia bersedih lagi, tak ingin aku tau dia menangis lagi.
Aku memang tidak baik-baik saja. Tapi aku bisa terllihat baik-baik saja. Dan suatu hari aku akan bisa jadi baik-baik saja.
Aku terus belajar untuk jadi lebih baik, bukan hanya menjadi terlihat baik-baik saja. Tapi sungguh aku baik-baik saja dan menerima akan takdir yang aku miliki. Akan aku jalani apa yang seharusnya aku lewati.
Aku tidaklah baik-baik saja, aku tidak sendiri tapi aku merasa kesepian. Dia yang selalu bersamaku tak senantiasa di sisiku. Bukan tak ku andalkan, hanya saja aku tak mau dia tau rasa sakitku.
Dulu aku berpikir aku juga sama seperti mereka, dan sekarang aku sadar aku benar-benar tidak sama seperti mereka. Yang ku lihat yang ku dengar memang belum tentu benar, tapi apa yang ku lihat setidaknya dapat menggambarkan bagaimana mereka. Kadang aku merasa tidak adil dengan takdir yang telah tuhan tetapkan untukku. Tapi aku tau, apa yang terjadi padaku karena tuhan mencintaiku dan ini yang terbaik bagiku.
Menikah, Hamil ,dan Mempunyai Anak
Dalam bayanganku, itu begitu indah. Tapi buat yang sudah menjalani semuanya mungkin tak seindah yang aku bayangkan.
Mereka juga tak jarang mengeluh, dan aku benci mereka mengeluh.
Ketahuilah apa yang mereka keluhkan begitu aku idam-idamkan dalam kehidupan ku kini.
Kadang aku bertanya, apa aku tak layak menjadi orang tua? Ataukah aku tak layak menjadi ibu?
Dan aku belum dapat jawaban atas pertanyaan itu.
Masalalu,
Pada saat baru menikah, aku tidak tinggal bersama suamiku, kami berpisah beberapa waktu. Dan orang tuaku selalu mengingatkan kalau-kalau aku hamil harus segera berbicara dengannya, semua itu memupuk semakin subur pemikiranku bahwa kalau orang menikah mereka akan segera punya anak dan hidup bersama.
Dan hingga kami bisa hidup bersama sepersekian minggu ternyata tak kunjung ada kabar baik, dan begitu selanjutnya hingga 4 tahun usia pernikahan kami.
Menangis dan Menahan Sendiri lebih Baik
Pernah membayangkan ada di posisiku? Tidak! Jangan sekalipun!
Sungguh ini tidak mudah!
Kalau boleh memilih akan takdirku, aku tak mau seperti ini. Tapi ini adalah kehendak tuhan, Allah Yang Maha Kuasa.
Aku bukanlah orang kuat yang tetap tersenyum walau dalam kesedihan, aku hanya manusia biasa yang juga iri saat apa yang kita impikan tak kunjung didapatkan tapi orang lain begitu mudah mendapatkannya.
Menangis bukanlah solusi, tapi kau tau? Menangis membuatku jauh lebih baik.
Dan seberapa sering aku menangis? Tentunya tak sesering aku makan. Aku menangis karena banyak hal, kadang aku bingung ini perasaanku yang kecewa karena berharap atau aku yang terlalu iri akan kehidupan bahagia orang lain?
Kadang aku membayangkan jadi mereka, tapi tak membuatku bahagia, justru membuatku sakit. Dan mulai bertanya apa jadi mereka itu bahagia?
Saat aku belum menikah, saat ada orang yang bercerita tentang anaknya kehamilanya aku begitu bersemangat mendengarkannya, tapi... ? Tidak Untuk saat ini. Aku mendengarkan dengan perasaan sakit yang entah aku tak tau bagaimana menggambarkannya.
Suatu ketika aku menahan tangisku di balik punggung suamiku, betapa sulit aku bersembunyi darinya, agar dia tak tau aku begitu sedih akan apa yang baru saja aku alami. Semua orang di sekitarku membicarakan pengalaman mereka mengandung dan aku hanya diam mematung tak ingin mendengarkan apa yang mereka bicarakan, rasanya begitu sesak di dadaku.
Apa ini normal? Sebuah perasaan yang aku tak paham. Bahkan aku tak lagi ingin bercerita pada siapapun tentang keadaanku. Aku mau mereka menganggapku baik-baik saja, walau kenyataannya "Aku Tidaklah Baik-baik Saja"
Saat aku mulai meninggalakan media sosial dan pergaulan aku tak tau apa anggapan mereka tentangku yang sesungguhnya, tapi saat akan aku jelaskan aku balik bertanya pada diriku, "tidakkah mereka hanya akan menilaimu berlebihan, hanya karena kau belum mempunyai keturunan dan mereka sudah, lantas kau mundur dari kehidupan bersosialisasi?"
Saat aku mengeluh, mereka akan datang dan bertanya, apa kau belum kedokter, coba ini coba itu. Ya aku tau itu adalah sebatas kepedulian mereka, tapi entah mereka tau atau tidak apa yang sudah aku perjuangankan bersama suamiku selama ini, tidakkah aku harus bercerita panjang lebar agar mereka tau apa yang aku alami? Tidak! Ketahuilah mereka tak akan pernah tau, karena mereka bukanlah aku.
Dan akhir-akhir ini muncul lagi, sesuatu yang membuatku sedih. Orang-orang menyarankanku untuk adopsi, untuk pancingan katanya, aku tak tau apa yang mereka pikirkan, apa mereka sungguh menyayangiku?
Apa aku harus menangis dihadapan mereka dan memohon untuk tidak bahas itu? Apa aku harus meminta mereka agar tak perlu repot-repot mengurusi hidupku? Aku hanya mau d semangati, aku hanya berharap diberi jalan.
Aku percaya, aku pasti bisa karena aku juga perempuan yang mempunyai suami. Aku punya Allah, yang dapat mengabulkan apa yang aku minta, haruskah aku memohon agar mereka mendoakan ku dengan ikhlas? Karena kita juga tak tau doa siapa yang akan tembus langit dan di kabulkan.
Tidakah kalian tau, aku sedikit lelah dengan bersembunyi sambil menangis?
Suami yang begitu mencintaiku, aku tak ingin melihat dia bersedih lagi, tak ingin aku tau dia menangis lagi.
Aku memang tidak baik-baik saja. Tapi aku bisa terllihat baik-baik saja. Dan suatu hari aku akan bisa jadi baik-baik saja.
Bukan hal mudah bagi seorang sepertiku untuk berada di posisi ini, kau tau semakin aku berusaha kuat dan belajar untuk baik-baik saja, aku merasa semakin jadi orang egois yang tidak peduli. Ya tujuannya memang untuk tidak lagi peduli ucapan orang lain, tapi seperti bertolak belakang dengan kemauanku. Dan semua ini seolah mengajariku jadi orang jahat yang tak peduli lagi dengan orang lain, tapi ini bukan seperti yang aku mau. Karena dari awal bukanlah hal yang aku mau.
Selalu belajar untuk lebih baik itu bukanlah sebuah pilihan tapi, sebuah kewajiban. Setiap orang terlahir baik, tapi tidak semua orang tumbuh di lingkungan baik dan membentuk jadi orang baik.
Aku terus belajar untuk jadi lebih baik, bukan hanya menjadi terlihat baik-baik saja. Tapi sungguh aku baik-baik saja dan menerima akan takdir yang aku miliki. Akan aku jalani apa yang seharusnya aku lewati.
Komentar
Posting Komentar